Rawa gambut dan bendungan damit termasuk dalam daerah tangkapan air yang berfungsi menampung sebagian besar air yang ada di permukaan bumi.
Rawa gambut terletak di Kecamatan Gambut, Kalimantan Selatan. Kecamatan Gambut mempunyai luas wilayah 12.930 ha, yang merupakan 2,77 % dari luas Kabupaten Banjar. Berdasarkan Tata Ruang Kecamatan Gambut, persediaan tanah yang dapat diusahakan sebagai lahan pemukiman dan pertanian (sawah) seluas 8.632 ha, sedangkan sisanya kurang lebih 4.267 ha merupakan sebaran hutan kerangas dan yang mempunyai ketebalan gambut dalam yang menjadi faktor pembatas dalam pemanfaatannya.
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah banjar.
Hasil observasi menunjukkan bahwa daerah tangkapan air di lahan gambut sekarang sudah menyempit hal ini di karena kan olah masyarakat yang tidak bertanggung jawab yaitu menebang pohon secara liar atau sengaja dan lahan gambut sekarang banyak digunakan untuk daerah pemukiman, sehingga daerah tangkapan air semakin menyempit.
Semakin menyempitnya daerah tangkapan air di rawa gambut dapat berdampak buruk untuk derah sekitar karena dengan berkurangnya daerah tangkapan air makan akan berkurang juga jumlah air yang bisa ditampung oleh daerah tangkapan air tersebut dan sisa air yang ada akan menggenangi daerah yang ada di ekitar daerah tangkapan air tesebut.
Keadaan vegetasi dan perairan terutama daerah tangkapan air pun sangat memprihatinkan. Fakta di lokasi menunjukkan bahwa ada beberapa jenis vegetasi yang mampu hidup dan bertahan di kawasan ini seperti teratai, rerumputan, karamunting, kayapu, dan paku-pakuan, tetapi tanaman yang lebih mendominasi yaitu galam dan purun tikus. Terlihat dari hasil observasi di lahan gambut airnya bau tidak enak, sangat kotor, dan warna yang merah kecoklatan merupakan salah satu penyebab mengapa hanya beberapa jenis vegetasi saja yang mampu tumbuh di rawa ini. Sedangkan fauna yang terdapat di daerah ini seperti ikan, ular, burung, kodok, ulat dan kadal.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan, meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk semua tujuan di atas.
Damit adalah sebuah desa yang terletak di salah satu sudut rangkaian pegunungan Meratus, wilayah ini terletak di dataran tinggi yang hampir seluruhnya tertutup padang ilalang dan hutan-hutan kecil. Damit merupakan salah satu daerah tangkapan air yang sangat penting yang terletak di kawasan selatan pulau Kalimantan. Kawasan ini merupakan contoh di mana hutan telah rusak dan intervensi manusia harus dilakukan untuk mendapatkan air. Di bendungan (impoundment) inilah beberapa anak sungai kecil dan air hujan ditampung untuk keperluan pertanian dan perikanan.
Bendungan damit di bangun dengan tujuan untuk memenuhi ketersedian air yang mana air sangat diperlukan untuk pengairan bagi pertanian dan perkebunan yang ada di daerah terebut. Hutan-hutan kecil yang berada di sekitar kawasan ini juga ikut berperan atas ketersediaan air bagi bendungan tersebut. Di mana melalui proses evaporasi serta evapotranspirasi dari siklus hidrologi tumbuhan-tumbuhan mampu menyimpan air dalam jumlah yang banyak oleh akar sehingga mengairi bendungan di kawasan ini. Pengairan yang dilakaukan untuk mengaliri daerah pertanian dan perkebunan adalah dengan menggunakan sistem irifagasi.
Adapun tanaman yang umumnya dikelola oleh petani-petani di daerah Damit ini adalah padi, jagung, tomat, timun, kacang panjang, karet, singkong, dan pisang. Sedangkan fauna yang dapat dijumpai di daerah ini meliputi burung, ikan-ikan, katak, ular, tikus dan kadal. Sehingga mereka dapat berperan dalam kegiatan ekonomi. Banyak sekali indikator yang dapat digunakan untuk menilai peran masyarakat yang hidup di kawasan rawa ini.
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam bahasa inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah banjar.
Hasil observasi menunjukkan bahwa daerah tangkapan air di lahan gambut sekarang sudah menyempit hal ini di karena kan olah masyarakat yang tidak bertanggung jawab yaitu menebang pohon secara liar atau sengaja dan lahan gambut sekarang banyak digunakan untuk daerah pemukiman, sehingga daerah tangkapan air semakin menyempit.
Semakin menyempitnya daerah tangkapan air di rawa gambut dapat berdampak buruk untuk derah sekitar karena dengan berkurangnya daerah tangkapan air makan akan berkurang juga jumlah air yang bisa ditampung oleh daerah tangkapan air tersebut dan sisa air yang ada akan menggenangi daerah yang ada di ekitar daerah tangkapan air tesebut.
Keadaan vegetasi dan perairan terutama daerah tangkapan air pun sangat memprihatinkan. Fakta di lokasi menunjukkan bahwa ada beberapa jenis vegetasi yang mampu hidup dan bertahan di kawasan ini seperti teratai, rerumputan, karamunting, kayapu, dan paku-pakuan, tetapi tanaman yang lebih mendominasi yaitu galam dan purun tikus. Terlihat dari hasil observasi di lahan gambut airnya bau tidak enak, sangat kotor, dan warna yang merah kecoklatan merupakan salah satu penyebab mengapa hanya beberapa jenis vegetasi saja yang mampu tumbuh di rawa ini. Sedangkan fauna yang terdapat di daerah ini seperti ikan, ular, burung, kodok, ulat dan kadal.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Tujuan dibuatnya termasuk menyediakan air untuk irigasi atau penyediaan air di perkotaan, meningkatkan navigasi, menghasilkan tenaga hidroelektrik, menciptakan tempat rekreasi atau habitat untuk ikan dan hewan lainnya, pencegahan banjir dan menahan pembuangan dari tempat industri seperti pertambangan atau pabrik. Hanya beberapa dam yang dibangun untuk semua tujuan di atas.
Damit adalah sebuah desa yang terletak di salah satu sudut rangkaian pegunungan Meratus, wilayah ini terletak di dataran tinggi yang hampir seluruhnya tertutup padang ilalang dan hutan-hutan kecil. Damit merupakan salah satu daerah tangkapan air yang sangat penting yang terletak di kawasan selatan pulau Kalimantan. Kawasan ini merupakan contoh di mana hutan telah rusak dan intervensi manusia harus dilakukan untuk mendapatkan air. Di bendungan (impoundment) inilah beberapa anak sungai kecil dan air hujan ditampung untuk keperluan pertanian dan perikanan.
Bendungan damit di bangun dengan tujuan untuk memenuhi ketersedian air yang mana air sangat diperlukan untuk pengairan bagi pertanian dan perkebunan yang ada di daerah terebut. Hutan-hutan kecil yang berada di sekitar kawasan ini juga ikut berperan atas ketersediaan air bagi bendungan tersebut. Di mana melalui proses evaporasi serta evapotranspirasi dari siklus hidrologi tumbuhan-tumbuhan mampu menyimpan air dalam jumlah yang banyak oleh akar sehingga mengairi bendungan di kawasan ini. Pengairan yang dilakaukan untuk mengaliri daerah pertanian dan perkebunan adalah dengan menggunakan sistem irifagasi.
Adapun tanaman yang umumnya dikelola oleh petani-petani di daerah Damit ini adalah padi, jagung, tomat, timun, kacang panjang, karet, singkong, dan pisang. Sedangkan fauna yang dapat dijumpai di daerah ini meliputi burung, ikan-ikan, katak, ular, tikus dan kadal. Sehingga mereka dapat berperan dalam kegiatan ekonomi. Banyak sekali indikator yang dapat digunakan untuk menilai peran masyarakat yang hidup di kawasan rawa ini.
klo rawa tidak ada apa jadinya daerah sekitar? umhh dapaknya maksud saya
BalasHapus